Bag 1
Suatu hari teman dari luar jawa mengirimkan pesan pendek, "Na, memang salah ya kalau di usiaku yang sudah 27 tahun belum menikah?" Aku baru buka pesan tersebut pagi menjelang subuh. Sebenarnya aku bingun untuk memberi jawaban. Karena aku juga sedang mengalami kegalauan yang sama. Sama-sama belum menemukan jodoh dan usiaku lebih tua di atasnya. Saat itu aku hanya bisa memberi masukan positif, menyemangatinya untuk terus berdoa meminta jodoh yang terbaik kepada Allah SWT, dan memintanya untuk bersyukur dengan apa yang sudah dia miliki saat ini.
Suatu hari teman dari luar jawa mengirimkan pesan pendek, "Na, memang salah ya kalau di usiaku yang sudah 27 tahun belum menikah?" Aku baru buka pesan tersebut pagi menjelang subuh. Sebenarnya aku bingun untuk memberi jawaban. Karena aku juga sedang mengalami kegalauan yang sama. Sama-sama belum menemukan jodoh dan usiaku lebih tua di atasnya. Saat itu aku hanya bisa memberi masukan positif, menyemangatinya untuk terus berdoa meminta jodoh yang terbaik kepada Allah SWT, dan memintanya untuk bersyukur dengan apa yang sudah dia miliki saat ini.
Menikah. Perempuan normal mana yang tidak ingin mendapatkan jodoh, di usianya yang sudah pantas untuk menikah? Wanita mana yang menolak diberi titipan suami untuk berdampingan merajut asa, bersama-sama hingga ujung usia? Dititipi anak-anak yang lucu, sehat, cerdas, soleh, solehah? Aku sudah memimpikannya sejak lama. Tapi ketika kesempatan untuk menikah belum juga menyapa, salahkah? Haruskah aku kecewa? Atau marah dan tersingguh dengan orang-orang yang sering rempong, sibuk bertanya dengan statusku?
Tentu tidak. Ketika orang-orang itu bertanya anggaplah bahwa mereka peduli. Ketika semakin banyak yang bertanya, itu artinya semakin banyak yang berharap dan medoakan agar aku segera menemukan jodoh terbaik. Sabar, sabar, dan sabar duhai diri. Jodoh terbaik hanya dari Allah aza wajalla. Mintalah banyak-banyak hanya kepadanya. Boleh jadi doa-doa yang sudah aku panjatkan belum terkabul saat ini, tapi nanti pasti atau akan Allah ganti dengan sesuatu yang lebih baik lagi.
Duhai diri. Semua yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia. Termasuk dilahirkannya aku ke dunia ini. Aku punya segudang cita-cita yang insya Allah mulia. Ketika saat ini aku masih dalam keadaan sendiri, boleh jadi Allah sedang memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri. Mengejar mimpi-mimpi yang dulu belum sempat aku cicipi.
Di hari berikutnya aku kedatangan tamu dari Inggris raya, Chris. Dia seorang sarjana bidang kehutanan. Sedang ada kerjasama dengan salah satu badan lingkungan hidup di Indonesia untuk proyek penanaman hutan kembali. Usianya sama denganku dan sudah menikah. Istrinya seorang film maker yang kebetulan juga sedang ada syuting untuk pengambilan gambar di Indonesia. Dalam obrolan santai suatu pagi, iseng aku bertanya :
"Kok tumben orang barat di usia yang masih segini sudah menikah?"
"Karena kami memang pingin menikah" jawab Chris simple.
Saya bertanya lagi. "Sudah punya anak?"
Kali ini dia tertawa. "Pertanyaan klasik dan pertanyaan seperti ini tidak akan habis untuk dijawab".
"Lho?"
"Iya kan? Nanti pasti tanya : "Anaknya sudah bisa apa? Umur berapa?" dan seterusnya".
Kami sama-sama tertawa.
Betul. Penasaran dengan kehidupan orang lain adalah hal yang lumrah. Itu wajar karena kita mahluk sosial yang hidup saling berdampingan. Tapi ketika rasa ingin tahu tersebut hanya sekedar iseng, atau malah dijadikan bahan untuk bergosip bukankah itu bukan sesuatu yang bermanfaat?
Dari sini aku belajar. Bantulah orang lain untuk menyelesaikan masalah bukan menambahi masalah. Berkatalah yang bermanfaat atau lebih baik diam. Jangan pernah menilai orang lain seperti ini dan itu karena setiap pribadi pasti mempunyai alasan ketika melakukan susuatu atau dalam keadaan tertentu.
Di hari berikutnya aku kedatangan tamu dari Inggris raya, Chris. Dia seorang sarjana bidang kehutanan. Sedang ada kerjasama dengan salah satu badan lingkungan hidup di Indonesia untuk proyek penanaman hutan kembali. Usianya sama denganku dan sudah menikah. Istrinya seorang film maker yang kebetulan juga sedang ada syuting untuk pengambilan gambar di Indonesia. Dalam obrolan santai suatu pagi, iseng aku bertanya :
"Kok tumben orang barat di usia yang masih segini sudah menikah?"
"Karena kami memang pingin menikah" jawab Chris simple.
Saya bertanya lagi. "Sudah punya anak?"
Kali ini dia tertawa. "Pertanyaan klasik dan pertanyaan seperti ini tidak akan habis untuk dijawab".
"Lho?"
"Iya kan? Nanti pasti tanya : "Anaknya sudah bisa apa? Umur berapa?" dan seterusnya".
Kami sama-sama tertawa.
Betul. Penasaran dengan kehidupan orang lain adalah hal yang lumrah. Itu wajar karena kita mahluk sosial yang hidup saling berdampingan. Tapi ketika rasa ingin tahu tersebut hanya sekedar iseng, atau malah dijadikan bahan untuk bergosip bukankah itu bukan sesuatu yang bermanfaat?
Dari sini aku belajar. Bantulah orang lain untuk menyelesaikan masalah bukan menambahi masalah. Berkatalah yang bermanfaat atau lebih baik diam. Jangan pernah menilai orang lain seperti ini dan itu karena setiap pribadi pasti mempunyai alasan ketika melakukan susuatu atau dalam keadaan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar