Senin, 01 September 2014

Mom, thank you for raise me well ;))


Tiba-tiba ingat simbok di kampung. Sehatkah? Enak makankah? Padahal baru 3 hari yang lalu aku menelpon.  Simbok. Wanita sederhana yang luar biasa. Dan sesalu menjadi urutan pertama di setiap baris doa yang aku panjatkan kepada Allah SWT. Thank you mom for raise me well hingga aku bisa menjadi pribadi seperti sekarang ini. Aku ingin menjadi hebat sepertimu. Maaf, belum bisa memberikan cukup bahagia untukmu.  Dulu, dulu sekali. Membantah setiap nasehatmu adalah pekerjaanku. Hanya karena ego. Ah, cerewet sekali simbok ini. Dan ketika suatu hari aku melihatmu menangis, saat itu menjadi titik balik bagiku untuk tidak pernah mengulangi perbuatan yang melukaimu lagi.  Sekarang ketika usiaku sudah pantas menjadi seorang ibu, batapa berharganya aku bisa memeliki sosok sepertimu. Dan lebaran kemarin,adalah partama kalinya aku mengucapkan terima kasih secara langsung kepadamu karena telah mengasuhku dengan baik, memberi pendidikan yang baik. Aku menangis, kita berdua menagis. Allah, betapa luar biasanya jasa dan pengorbananmu. Maaf, maaf, dan maaf katika dulu sering membantah dan pernah membuatmu menangis. Hari ini aku ingin menjadi sumber bahagiamu. 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548) 


Sahabat. Buat apa kita ngambek dan marah nggak jelas apalagi sampai memutuskan untuk tidak pulang ke rumah hanya karena nasehat ibu yang tidak sesuai di hati kita. Kalau nasehat beliau tidak disampaikan dengan baik, maklumi saja. Boleh jadi karena beliu sedang capek. Setidaknya kita bisa mengurangi beban penat ibu kita dengan hanya mendengarkan keluh kesahnya. Hargai, sayangi, dan bahagiakanlah ibu kita selagi masih ada. Begitu banyak pengorbanan dan susah payah beliau mengasuh kita dari masih di kandungan hingga sebesar ini. Kalau hanya untuk memaklumi dan memaafkan kesalah yang tidak seberapa, bukan hal yang sulit bukan? Karena ibu juga manusia biasa.
Ibu adalah tempat kita untuk pulang. Karena dia adalah obat dari segala obat. Ibu adalah pembela pertama kita ketika semua orang bisa menjadi musuh. Dan setiap doa darinya adalah mustajab. Be friendly, be nice, be gently guys with our mom. ;))

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15) 


Teriring selalu doa untuk simbok di rumah.
Semoga selalu sehat.
Bahagia di hari tuamu.
Dan, aku bisa menunaikan satu mimpiku untukmu suatu hari nanti.
Aamiin. 

Jakarta, 2 September 2014
Ba'da Dhuha.
Top of Form

Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Destiny

Part 1 We will never know what will happen tomorrow. Sometimes what we have planned didn't work together with what we expected. That...