Selasa, 12 Januari 2016

Temen Apa Temen

Beberapa hari yang lalu Asri, sahabat Sakina, datang ke kosan sambil misuh-misuh. Kelihatan banget kalau dia lagi bete abis. Sakina udah tahu kebiasaan sohibnya kalau lagi kesel ama orang, kagak usah pake di tanya juga bakal tumpah semua itu uneg-uneg. Sakina cukup pasang kuping, beres.
"Sumpah, gua tuh keseeeel banget ama tuh orang, Na. Lo tahu nggak? Gua tuh udah nolongin dia berapa kali aja. Nggak pake itungan deh. Eh, pas giliran gua butuh, mana coba. Boro-boro bantuin. Kagak ada!!!"
"Temen macam apa coba? Kek gitu temen? Gua kapok dah. Kagak lagi-lagi. Cukup tahu aja."
"Trus, Na. Iya sih gaya sosialita tapi kalau hampir tiap bulan dia ngutang ama ke gua, gua yang rugi."
"Pokoknya gua kesel, keseeeel ama itu orang. Na!!!"
Muka Asri semerah tomat setelah berhasil mumpahkan segala uneg-unegnya. Sakina dengan senyum menenangkan, menyodorkan segelas air ke tangan Asri.

*****

Udah sering kan sob, nemu kejadian seperti ilustrasi di atas. Mungkin bukan hanya Asri saja tapi banyak keluhan serupa yang sering kita dengar dari teman-teman dan orang-orang terdekat. Berteman itu perlu karena kita mahluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Tapi teman yang seperti apa dulu? Tentunya teman yang membawa kebaikan, bisa menjadi kompetitor dalam kegiatan positif serta menjadi pengingat, memberi kita rambu-rambu kalau kita sedang salah atau khilaf. Tapi temen yang hanya mau memanfaatkan saja atau baik jika pas lagi ada maunya, sebisa mungkin di hindari. Apalagi temen yang sudah jelas-jelas kelihatan berperangai tidak baik. Karena Rasulullah, sosok panutan yang mempunyai akhlak paling sempurna sudah mencontohkannya.
Trus bagaimana untuk mencegahnya atau jurus apa sih yang harus kamu lakukan, iya kamu yang sudah sering ketipu sama yang namaya teman pas kalau ada maunya doang. Sebelum nunjuk ke orang lain, alangkah baiknya di mulai dari diri sendiri dulu. Sudah menjadi teman yang baikkkah kita untuk teman-teman kita? Sudah menjadi sahabat baikkah kita untuk sahabat-sahabat dekat kita. Jangan-jangan bukan orang lain yang salah tapi karena kita yang tidak berani berkata "TIDAK". Cari tahu yuk, mulai dari diri sendiri :)

1. Menghargai Perbedaan.

Sudah menjadi kodrat setiap manusia, mempunyai cara berpikir dan cara pandang yang berbeda-beda. Menghargai perbedaan dalam sebuah pertemanan harus menjadi prinsip yang dijunjung tinggi setiap individu. Benar, dari perbedaan akan tercipta keanekaragaman dan semakin banyak perbedaan yang dikemas dalam wadah toleransi akan membuat pertemanan semakin berwarna. Kita menjadi istimewa karena kita berbeda, satu dengan yang lain tidak sama.

2. Belajar mendengarkan.

Tentunya menyenangkan ketika sedang mempunyai masalah, ada orang lain yang bisa mendengarkan sehingga beban hidup menjadi lebih ringan. Tapi tidak semua masalah lantas ingin diceritakan dan harus didengarkan. Ingat, teman tempat kita curhat juga mempunyai saat-saat yang kadang membutuhkan seseorang untuk mendengarkan. Jangan egois, asahlah rasa peka (Empati & Simpati) kita. Mulailah belajar lebih banyak mendengar dari pada berbicara karena boleh jadi dari mendengarkan, akan ada banyak pelajaran berharga yang didapatkan dan juga solusi ketika kita mengalami masalah yang sama suatu saat nanti.

3. Tidak Merepotkan.

Memang membahagiakan saat butuh bantuan dan dalam keadaan sulit ada seseorang yang tanpa diminta, sudah mengulurkan tangan atau riang hati membatu. Tapi sebisa mungkin selama masih bisa dilakukan sendiri, usahan untuk tidak gampang meminta bantuan. Sekali dua kali mungkin wajar. Tapi kalau keseringan bisa jadi bikin orang-orang di sekeliling kita illfeel. Nggak lucu kan kalau kebiasaan kita merepotkan, menjadikan temen kita latah; "Little little to me. Little little to me!!" Heheheee

4. Tegas Terhadap Diri Sendiri.

Seringkali rasa tidak enak hati membuat kita segan dan akhirnya menunda untuk mengatakan "Tidak" terhadap ajakan ataupun tindakan teman yang jelas-jelas merugikan. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah keuangan. Banyak kok, orang-orang yang deketin dan baik tapi ujung-ujungnya pinjam uang. Karena penulis juga sering mendapatkankan kasus serupa. Kalau memang temen kita itu sangat butuh untuk suatu hal darurat, sekali dua kali mungkin bisa dimaklumi. Tapi kalau sudah menjadi kebiasaan yang merugikan serta mengganggu ketenangan hidup apalagi teman yang bersangkutan itu mempunyai penghasilan lebih besar dari kita, mulailah tegas untuk berkata TIDAK. Toh kalau teman yang baik pasti akan mengerti. Dan di sini akan terlihat, mana yang benar-benar teman atau teman yang hanya memanfaatkan.

5. Pantang Ngomongin di Belakang.

Tidak ada manusia yang sempurna sob. Di balik sisi buruk seseorang pasti ada sisi baik dengan porsi lebih banyak yang dia miliki. Mungkin sisi putih itu yang membuat kita akhirnya memutuskan untuk berteman dengan seseorang atau tidak. Tidak menjelekkan atau ngomonin keburukan temen di belakang itu sesuatu dan keren abis deh. Juga tantangan terberat bagi penulis pribadi. Tapi tidak ada yang sulit jika kita mau berusaha. Bahkan Allah SWT menjamin akan menutup aib kita di dunia dan akhirat jika kita mampu menutup aib bukan hanya teman sendiri tapi keluarga dan orang di sekeliling kita.

6. Pantang Ngungkit Pemberian.

Pemberian yang paling baik adalah ketika tangan kanan memberi dan tangan kiri tidak mengetahui. Dan seburuk buruknya pemberian ialah yang diungki-ungkit. Kalau kemarin atau dulu pernah ngerasaiin atau ada rasa-rasa sering dimanfaatin temen, anggap saja itu rejeki mereka. Untuk ke depannya jadikan yang sudah lalu menjadi pelajaran berharga. Daripada ujung-ujungnya kesel dan nggak ikhlas, banyak kok yayasan amal yang membutuhkan uluran tangan kita. Intinya, ambil sisi positifnya.

7. Mental Gratisan.

NO WAY!!! Garis bawahi tebal-tebal ya sob. Walaupun itu dengan temen sendiri yang sudah dekat sekalipun. Setiap pribadi mempunyai kebutuhan. Memberi juga ada waktunya. Bercanda boleh. Sesekali dalam moment-moment istimewa masih dilegalkan. Tapi jika sudah latah minta ini dan itu tanpa ada rasa segan lagi, buru-buru ganti deh dengan latah yang lebih elit. Ingat sob, sobat kamu juga punya keluarga dan orang tua yang lebih pantas untuk dikasih lebih dari siapapun. Jangan sampai kebiasaan yang kagak ada bagus-bagusnya sama sekali itu merugikan orang lain. Iya sih, enak di kamu tapi bikin pusing orang lain. Hihihii.

8. Pertemanan dan Memanfaatkan Sangat Jauh Berbeda.

Terakhir nih buat kamu, iya kamu yang sudah sering ketemu temen tapi modus. Pertemanan itu membangun. Saling membantu. Saling mengulurkan tangan ketika susah dan ada yang sedang butuh bantuan. Menginspirasi kebaikan. Kompetitor sejati untuk melompat lebih tinggi meraih mimpi-mimpi. Dan setiap pribadi pasti mempunyai target pencapaian yang berbeda-beda. Di sinilah gunanya teman.
Tapi ternyata kalau yang selama ini deket cuma morotin doang, bangun sob!!! Daripada ngeberatin temen yang nggak seberapa itu lebih baik fokus nyenengin orang tua. Insya Allah akan lebih banyak pahalanya. Teman ya temen tapi untuk urusan uang itu sudah wilayah yang berbeda. Karena persahabatan itu suci dan memanfaatkan itu keji.
Ingat sob, ingat. Mulai dari diri sendiri!!! Semangaaaat!!!



Catatan :
Tulisan ini tidak ada maksud sara atau menyinggung pihak manapun. Ide tulisan ini murni dari pengalaman penulis pribadi dan beberapa curhatan teman-teman. Jika ada pihak yang merasa dirugikan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tujuan penulis membuat artikel ini hanya ingin berbagi pengalaman dan lebih untuk diri penulis pribadi semoga bisa diambil manfaat baiknya. Apabila ada kelebihan ataupun kebaikan dari tulisan ini, datangnya dari Allah SWT dan apabila terdapat kesalahan, itu dari penulis pribadi. Terima kasih. 


Jakarta, 12 Januari 2016
Suminah Sonhaji


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Destiny

Part 1 We will never know what will happen tomorrow. Sometimes what we have planned didn't work together with what we expected. That...