Kamis, 17 Desember 2015

Event Cermin Romance KBM

Seharian ini hujan tak berhenti. Titik-titik kecil itu menutup kaca jendela. Jam makan siang masih tersisa. Aku teringat pada setoran bacaan untuk hari ini, masih kurang tiga lembar lagi. Lembar-lembar yang selalu menjadi penawar. Ayat-ayat yang menjadi senjata untuk kuat. Di sini aku selalu menemukan bahagia.
“Ping!”
“Yang, pulang kantor aku jemput ya. Kita mampir ke warto (Warung Soto) langganan.”
Pesan dari suami, yang hingga di tahun kedua pernikahan kami tidak pernah terkurangi. Walau ajakan untuk makan di luar paling banter seminggu sekali, bagiku pria tanpa cela ini adalah rizki istimewa yang patut disyukuri.
Dua tahun lalu.
“Ma, semoga ini yang terakhir untuk Tia.”
“Bagaimana agamanya?” Mama menatap dalam. Aku mengangkat kedua ibu jari kemudian memeluk mama erat. Mama tahu semuanya. Hampir tidak ada rahasia di antara kami berdua.
“Tanyakan kapan dia mau datang ke rumah? Kalau belum jelas lebih baik tidak usah saja. Ingat umur Tia.” Aku mengangguk, meyakinkan.
Mas Faras, pria sederhana yang seminggu lalu dikenalkan Karina. Lelaki yang berani meminta kepada mama untuk menjadikan aku istri dan madrasah pertama untuk anak-anaknya. Lelaki yang aku terima atas restu mama.

Jakarta, 17 Desember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Destiny

Part 1 We will never know what will happen tomorrow. Sometimes what we have planned didn't work together with what we expected. That...